Kekurangan Sunk-Cost: Bagaimana Menghindari Bias Berdasarkan Keputusan Masa Lalu
() translation by (you can also view the original English article)
Anda akhirnya mengambil liburan yang pantas di Karibia. Anda menemukan hotel yang tepat secara online dengan harga terjangkau. Hal ini membuat teman anda terkesan atas kemampuan anda menemukan tempat yang begitu murah dan indah. Anda memutuskan untuk deposit. Kemudian anda tiba di hotelnya namun anda menemukan bahwa ulasan bintang lima untuk hotel itu telah berusia tiga tahun. Saat ini, hotelnya hanya seperti perangkap tikus. Deposit anda tidak dapat dikembalikan.
Apa yang akan anda lakukan selanjutnya? Anda memiliki dua pilihan.
- Pilihan 1: Memotong kerugian anda, lalu pergi saja dan menemukan hotel impian anda di tempat lain.
- Pilihan 2: Tetap pada hotel awal anda karena anda tidak ingin kehilangan deposit itu setelah semua yang terjadi. Lagi pula, jika anda pergi sekarang, maka teman anda akan mengetahui bahwa anda membuat kesalahan. Anda tertipu oleh foto online hotel yang cantik.
Anehnya, menurut beberapa penelitian, anda cenderung memilih pilihan 2. Hasilnya, hampir pasti bahwa liburan anda akan menjadi tidak menyenangkan yang justru kebalikan dari keinginan anda di tempat pertama. Dengan kata lain, kebanyakan orang cenderung memilih pilihan saat mereka telah menginvestasikan waktu, uang, dan/atau harga diri pribadi, bahkan ketika pilihan itu jelas tidak mungkin memberikan hasil terbaik. Jenis keputusan ini disebut "sunk cost fallacy", berdasarkan "sunk cost bias".
Apakah itu sunk cost?
Sunk cost adalah investasi yang telah dilakukan. Bisa jadi investasi uang, waktu, energi, cinta, atau bahkan harga diri. Sunk cost fallacy adalah tentang kepercayaan bahwa apapun yang telah anda investasikan layak mendapat investasi lebih besar, bahkan jika investasi yang buruk di tempat pertama atau investasi tersebut tidak mungkin mengarah pada hasil yang diinginkan.
Sunk cost bias adalah masalah umum bagi individu namun juga bisa menjadi masalah serius bagi bisnis dan instansi pemerintah. Sebagai contohnya:
- Anda adalah pengusaha atau pemilik usaha kecil yang sudah menginvestasikan waktu, uang, dan harga diri pribadi dalam produk yang kinerjanya buruk dan sepertinya tidak akan pernah menghasilkan keuntungan. Jadi, anda memilih untuk mengeluarkan semua aset anda yang tersisa ke produk tersebut, daripada mengakui bahwa pilihan pertama adalah buruk, menariknya, dan anda berpindah ke yang baru.
- Anda adalah tentara militer pemerintah nasional dan anda telah menenggelamkan jutaan atau miliaran dolar untuk sebuah pesawat militer yang sudah usang sebelum mencapai landasan pacu. Jadi, anda lebih memilih mengeluarkan jutaan lebih untuk menyelesaikan proyek ini, daripada melihat opsi yang lebih baik untuk kekuatan udara militer.
- Anda adalah eksekutif perusahaan yang memperjuangkan kampanye iklan meskipun gagal total. Jadi, anda akan memberi tahu staf anda untuk menghabiskan lebih banyak uang untuk meningkatkan konsep kampanye yang sama.
Apa yang Buruk tentang Sunk Cost Bias?
Kebanyakan orang condong terhadap investasi yang telah mereka buat. Mereka telah menghabiskan banyak hal ke dalam sebuah proyek, produk, hubungan, atau rencana tindakan yang tidak ingin mereka buang percuma atas usaha itu.
Dalam keadaan tertentu, pilihan itu masuk akal terutama bila investasinya penting. Selain itu, pengamatan yang jernih menunjukkan bahwa lebih banyak waktu atau sumber daya dapat membuat perbedaan tipis antara kegagalan dan kesuksesan. Tidak seorang pun akan merekomendasikan anda untuk menyerah pada pernikahan hanya karena masalah pertama muncul atau anda justru akan membuang sebuah proyek bisnis baru karena kemunduran kecil yang terjadi.
Tetapi apa yang terjadi apabila anda telah memberikan hubungan, produk, atau proyek itu kapan pun serta semua sumber daya yang dibutuhkan untuk sukses, namun masih tetap gagal?
Logika yang mengikuti hukum probabilitas akan menyuruh anda untuk pergi saja dan berpindah pada proyek yang baru.
Namun, banyak orang dan bisnis yang tetap berpegang pada pilihan buruk mereka karena mereka sangat percaya bahwa mereka harus melindungi investasi mereka dengan biaya apapun. Hal ini seperti Robert Leahy, seorang psikiater dan Direktur Institut Amerika untuk Cognitive Therapy di New York, dia mengatakan bahwa itu adalah ide yang buruk. Seperti yang Leahy jelaskan dalam sebuah artikel di Forbes: "Model pengambilan keputusan yang baik selalu didasarkan pada utilitas masa depan atau imbalan masa depan."
Mengapa Masuk Akal untuk Berhenti Membuang Uang Setelah Kejadian Buruk Terjadi (Lalu Mengapa Kita Melakukannya)
Bayangkan anda membalik koin dan taruhan lalu berharap akan muncul kepala. Namun ternyata yang muncul adalah ekor. Jadi, apakah anda akan melipatgandakan taruhan anda karena pilihan anda cenderung muncul di waktu berikutnya? Bagaimana jika yang muncul adalah ekor lima kali berturut-turut? Dalam kasus itu, bukankah hal yang lebih mungkin adalah muncul ekor untuk keenam kalinya?
Sebenarnya, sesuai dengan hukum probabilitas, koin tidak cenderung muncul hanya karena ekor datang terakhir kali. Selalu ada kemungkinan 50% bahwa itu akan muncul. Tetapi kebanyakan dari kita sulit menerima kenyataan matematis ini padahal rasanya salah. Bagaimana hasil pertaruhan sunk cost fallacy dalam kasus ini? Jika anda terus menggandakan taruhan anda setiap kali anda kalah, anda akan membawa diri anda pada tingkat kegagalan 50% dan ini terus berulang.
Melihat hal itu, nampaknya bodoh untuk terus membuang uang setelah kejadian yang buruk terjadi. Mengapa anda terus membuat taruhan yang sama dengan peluang kalah yang sama pula? Tetapi secara psikologis, kita diprogram untuk melakukan hal itu. Sebagai hasilnya, kita akan cenderung:
- Meningkatkan investasi pada produk, program, dan orang-orang yang gagal;
- Menolak memotong kerugian ketika kita dapat melihat bahwa hasilnya akan menjadi kerugian yang lebih besar lagi;
- Melihat diri kita sebagai "orang yang terjebak" dengan konsekuensi atas keputusan yang buruk dan memilih untuk tidak membuat keputusan yang lebih cerdas untuk masa depan.
Hal ini dapat menghancurkan orang-orang dengan hubungan yang kasar, pekerjaan yang mematikan jiwa, menghabiskan uang untuk rumah, atau gaya hidup yang buntu, bahkan bisa menghancurkan bisnis.
Mengapa orang dapat jatuh ke dalam perangkap sunk cost fallacy? Terdapat banyak alasan, seperti berikut ini.
- Kita tidak mengerti bahwa investasi masa lalu tidak mempengaruhi investasi masa depan.
- Kita "diprogram" untuk percaya bahwa kesabaran dan keuletan lebih penting daripada akal sehat.
- Kita percaya bahwa keberuntungan akan berubah jika kita tetap berpegang pada komitmen kita.
- Kita seringkali terlalu angkuh untuk mengakui bahwa kita salah.
- Kita memiliki kecenderungan internal terhadap keputusan yang kita buat sendiri.
- Kita sangat tidak nyaman dengan gagasan untuk melepaskan sesuatu yang sudah dimiliki, bahkan bila tersedia alternatif yang lebih baik.
- Kita cenderung lupa atas alasan kita melakukan investasi awal dan secara keliru mengatakan kepada diri sendiri bahwa investasi itu sendiri adalah intinya.
Bagaimana Sunk Cost Fallacy mempengaruhi Bisnis?
Contoh paling terkenal tentang dampak sunk cost falacy pada bisnis mungkin tepat dijuluki sebagai "The Concorde Fallacy." Concorde adalah pesawat supersonik (lebih cepat daripada yang terdengar), dirancang untuk pelancong elit, serta didanai oleh pemerintah Inggris dan Prancis.
Bahkan sebelum pesawatnya selesai dibuat, sangat jelas bahwa proyeknya tidak akan menjadi kesuksesan finansial. Terlepas dari informasi ini, kedua pemerintah terus mengeluarkan uang untuk mendanai penyelesaian proyeknya. Tidak mengherankan, proyek yang diluncurkan gagal dan mati begitu saja bersamaan dengan harapan untuk mengembalikan banyak uang yang diinvestasikan.
Mengapa biasanya orang rasional memutuskan untuk terus berinvestasi dalam sebuah proyek yang pada dasarnya gagal sebelum dimulai? Keputusan untuk mendukung investasi dengan biaya apapun sebagian besar bersifat psikologis daripada bersiat rasional. Berikut ini alasannya :
- Kita cenderung berpikir positif tentang orang-orang dan proyek yang telah kita inisiasi bahkan ketika hal itu tidak berjalan baik.
- Kita cenderung menghubungkan rasa harga diri kita dengan inisiatif yang kita dukung bahkan ketika hal itu tidak berhasil.
- Kita takut malu sebagai individu atau organisasi hanya karena mengakui kesalahan.
- Kita menghargai kegigihan dan kekuatan dalam diri dan karyawan, bahkan ketika hasilnya terus mengalami kerugian finansial.
Jika kita terprogram (atau paling tidak diajarkan berperilaku) untuk membuang uang setelah kejadian yang buruk, lalu bagaimana kita bisa menghindari sunk cost fallacy dalam bisnis? Terdapat beberapa strategi sederhana yang bisa membantu secara khusus, diantaranya :
- Kenali sunk cost saat anda mulai melihatnya. Setiap investasi yang telah anda hasilkan adalah uang yang dikeluarkan. Tidak peduli pilihan apa yang anda buat saat ini, anda tidak akan dapat memulihkan biaya yang hangus. Jadi, apa langkah terbaik yang bisa anda buat untuk masa depan?
- Perlu diingat bahwa "Saya telah banyak memikirkan hal ini" bukanlah alasan yang benar untuk bertahan dengan perusahaan mahal yang tidak berjalan baik.
- Pisahkan kebanggaan pribadi anda dari keputusan bisnis anda. Tidakkah anda ingin terlihat bodoh berjalan menjauh dari proyek yang telah anda dalami? Mungkin saja, tetapi anda akan terlihat lebih buruk lagi dalam proses kebangkrutan!
- Sertakan beberapa pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga orang yang membuat keputusan awal untuk berinvestasi bukanlah satu-satunya orang yang terlibat dalam memikirkan investasi masa depan.
- Ingatkan diri anda atas alasan anda berinvestasi di tempat pertama. Apakah anda mencapai tujuan yang anda tetapkan untuk perusahaan anda. Apakah anda hanya terikat secara emosional dengan investasi anda?
- Pertimbangkan pilihan yang tersedia bagi anda apabila memilih untuk tidak melakukan investasi ulang. Dapatkah anda memanfaatkan waktu dan uang anda secara lebih baik?
Sunk-Cost Bias: Pelajaran untuk Pengusaha
Pengusaha yang mungkin jumlahnya lebih dari banyak pelaku bisnis lainnya akan cenderung menjadi korban sunk cost bias. Mengapa hal ini terjadi? Pengusaha memiliki lebih banyak taruhan saat mereka melakukan investasi mereka.
Sebenarnya, banyak pengusaha merasa seolah-olah keputusan bisnis mereka merupakan perpanjangan dari kepribadian dan ego mereka sendiri. Terlebih lagi pengusaha sering menginvestasikan uang, waktu, dan gairah mereka sendiri ke dalam bisnis mereka. Akibatnya, mereka cenderung tetap bertahan atau bahkan menanam investasi mereka bahkan saat hasilnya tidak ideal.
Bagaimana pengusaha bisa mengatasi kecenderungan alami untuk tetap berpegang pada proposisi yang kalah?
Salah satu pilihannya adalah mengikuti contoh pengusaha sukses uber yang telah mencoba dan gagal beberapa kali sebelum mencapai puncak kesuksesan bisnis. Salah satu individu tersebut adalah Sir Richard Branson, pencipta koleksi Virgin lebih dari 350 perusahaan termasuk Virgin Galactic yang luar biasa berani. Sebuah perusahaan yang berfokus pada pariwisata berbasis ruang angkasa.
Branson memulai bisnis rekaman pada momen yang salah. Begitu dia menciptakan jaringan ratusan toko musik brick dan mortar, iPod kemudian menghantam pasar dan menghancurkan pasaran CD fisik. Tetapi Branson terlalu lama terjebak dengan hal itu sebelum akhirnya bergerak. Saat ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan GeniusNetwork :
Saya menduga kesalahan terbesar yang saya lakukan adalah bertahan di ritel musik lebih lama dari yang seharusnya saya lakukan. Begitu anda bisa memulai downloading, ketika iPod tersedia, tulisan itu sudah ada di dinding ritel musik. Saya bertahan lebih lama dari yang seharusnya saya lakukan dan itu menghabiskan banyak uang.
Jadi, saya pikir memotong salah satu kerugian adalah sesuatu yang seringkali sulit dilakukan namun penting untuk dilakukan sejak dini. Daripada membuang banyak uang dan mengejar industri yang sekarat, anda sebenarnya bisa menginvestasikan kembali uang itu untuk menciptakan pekerjaan baru di tempat lainnya.
Apakah sesuatu yang sedang anda investasikan hari ini namun sebaiknya segera anda hentikan? Apakah bisnis kecil anda kehilangan uang untuk kampanye pemasaran yang kurang terencana, atau pernahkah anda menghabiskan banyak waktu untuk inisiatif baru yang tidak terlihat akan memberikan pengembalian?
Sekarang adalah saat yang tepat untuk melihat investasi manakah yang tidak berjalan/tidak kembali modal. Lalu anda harus membuat penyesuaian solusi yang sulit namun perlu untuk masa depan.
Kredit Grafis
Grafis sinkng car oleh Richard Cordero dari Proyek Noun.
